Ilmu
Aqidah (Tauhid) adalah hal yang penting yang harus dipelajari setiap muslim.
Ilmu aqidah harus dipelajari terlebih dahulu sebelum kita mempelajari yang lain
seperti ilmu fiqh (fiqh ibadah seperti wudhu, sholat, puasa,dll), ilmu akhlak,
dan sebagainya.
Diwajibkan
atas setiap mukallaf (baligh, berakal, dan menerima informasi tentang
Islam) untuk mempelajari ilmu agama yang ia butuhkan seperti masalah aqidah
(keyakinan), sholat, puasa, zakat, haji, dan lain – lain.
Artinya
: ”Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang
tidak mengetahui?. Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”.
Dalam hadits disebutkan:
Artinya
: ”Menuntut ilmu agama (yang pokok/dlaruri) adalah wajib bagi setiap muslim
(laki-laki dan perempuan)” (H.R. Al Bayhaqi).
Di
dalam kitab Miftah Assa’adah Wa Mishbah Assiyadah menyebutkan bahwa pemimpin Ahlussunnah
Waljamaah dalam ilmu Aqidah ada dua ulama, yaitu Imam Abu Hasan Al Asy’ary
Al-Bashri dan Imam Abu Mansur Muhammad bin Mummad bin Mahmud Al-Maturidi. Kedua
ulama ini telah menuliskan pembelajaran aqidah Ahlussunah Waljamaah yang
menjadi referensi ulama terdahulu (Salaf) dan sekarang (Khalaf).
Sifat
Allah itu banyak (tidak terhitung). Ulama ahlussunah waljamaah menulis 20 sifat
wajib (artinya harus ada) pada Allah (Tuhan). Jika tidak memiliki sifat itu,
berarti dia bukan Tuhan. Kita memahami dan meyakini 20 sifat tersebut agar
tidak tersesat. Setelah itu kita bisa mempelajari sifat Allah SWT yang lain
dalam Asma’ul Husna (99 nama Allah SWT yang baik).
Ketiga
belas sifat itu adalah : Wujud, Qidam ,
Baqo’, Mukhollafatuhu lil hawaadits, Qiyamuhu Binafsihi, Wahdaniyah, Qudrat,
Iroodah, Ilmu, Hayaat, Sama’, Bashor, kalam. Selanjutnya sifat ke 14-20
merupakan bentuk subyektif/pelaku dari sifat ketigabelas sebelumnya, yaitu Qoodirun, Muriidan, ’Aalimun, Hayyun,
Samii’un, Bashirun, dan Mutakallimun.
1.
Al-Wujud ( ada ):
Allah itu wujud (ada). Mustahil (tidak mungkin) Allah itu ’adam
(tidak ada). Wajib meyakini bahwa Allah itu ada. Sifat wujud ini sifat yang
abadi. Allah ada tanpa permulaan, tanpa akhir, tanpa tempat.
Rasulullah SAW bersabda:
Artinya : ”Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan tidak ada sesuatupun selain-Nya” (HR. Al Bukhari).
Artinya : ”Allah ada pada azal (keberadaan tanpa permulaan) dan tidak ada sesuatupun selain-Nya” (HR. Al Bukhari).
Imam Ali bin Abi Thalib r.a. berkata:
Artinya: “Tidak boleh dikatakan di mana bagi Dzat yang menciptakan dimana (tempat)... ”.
Artinya: “Tidak boleh dikatakan di mana bagi Dzat yang menciptakan dimana (tempat)... ”.
Allah SWT berfirman (QS. Al Furqoon [25]: 61 ):
Artinya : ” Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya”.
Artinya : ” Maha Suci Allah yang menjadikan di langit gugusan-gugusan bintang dan Dia menjadikan juga padanya matahari dan bulan yang bercahaya”.
2.
Al Qidam (terdahulu):
Allah SWT itu qidam (terdahulu). Mustahil Allah SWT itu huduts
(baru). Allah SWT sudah ada sebelum langit, bumi, tumbuhan, binatang, manuisa
dan makhluk lainnya ada. Wajib meyakini bahwa tidak ada yang mendahului
keberadaan Allah SWT.
Artinya : ” Dialah Yang Awal
dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin [1]; dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu”.
Catatan [1] : Yang dimaksud dengan: Yang Awal ialah, yang telah
ada sebelum segala sesuatu ada, Yang Akhir ialah yang tetap ada setelah segala
sesuatu musnah, Yang Zhahir ialah, Yang nyata adanya karena banyak bukti-
buktinya dan Yang Bathin ialah yang tak dapat digambarkan hikmat zat-Nya oleh
akal.
3.
Al Baqo’ (kekal):
Allah SWT itu baqo’ (kekal). Mustahil Allah SWT itu fana’
(binasa). Wajib meyakini bahwa Allah SWT
itu kekal abadi, keberadaa-Nya tidak berakhir.
Allah SWT berfirman (QS. Al Furqoon [25] : 58) :
Artinya : ”Dan
bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. Dan cukuplah Dia Maha Mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya”.
Artinya : ”Yang demikian itu
adalah Allah, Tuhanmu, Pencipta segala sesuatu, tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Dia; maka bagaimanakah kamu dapat dipalingkan?”.
4.
Al Mukhalafatu
lil-hawadits (Tidak serupa dengan makhluk-Nya):
Allah SWT itu berbeda dengan makhluk-Nya. Mustahil Allah SWT itu
sama dengan makhluk-Nya. Allah SWT tidak serupa dengan apapun ciptaan-Nya
(makhluk-Nya).
Allah SWT berfirman (QS. Asy Syuuro [42] : 11):
Artinya: “Tidak ada
sesuatupun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah yang Maha Mendengar dan
Melihat”.
5.
Al Qiyamuhu Binafsihi (Berdiri dengan sendirinya):
Allah SWT itu qiyamuhu
binafsihi (berdiri dengan sendirinya). Mustahil Allah SWT itu iftiqoorullah
(berhajat/butuh) pada makhluk-Nya. Allah SWT tidak membutuhkan sesuatu. Allah
SWT tidak memerlukan makhluk-Nya untuk membuat Dia berada. Sebaliknya,
makhluk-Nya lah yang berhajat/membutuhkan Allah SWT.
Allah SWT berfirman (QS. Al Ankabuut [29] : 6):
Artinya: ”...Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Kaya
(tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam”.
Allah SWT berfirman (QS. Al Ikhlas [112] : 2) :
Artinya: ”Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.
Artinya: ”Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu”.
Artinya: ” Hai manusia, kamulah yang memerlukan Allah; dan Allah Dialah Yang Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) lagi Maha Terpuji”.
6.
Al Wahdaniyyah (Esa):
Allah SWT itu wahdaniyyah
(satu). Mustahil Allah itu banyak atau lebih dari satu. Wajib untuk meyakini
bahwa Allah itu satu tanpa ada sekutu. Allah SWT adalah Maha pencipta dan tidak
ada pencipta kecuali Allah SWT. Allah SWT itu satu (esa) maksudnya adalah Allah
SWT tidak mempunyai sekutu.
Allah SWT berfirman (QS. Al Mu’minuun [23] : 91 ):
Artinya: “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu”.
Artinya: “Allah sekali-kali tidak mempunyai anak, dan sekali-kali tidak ada tuhan (yang lain) beserta-Nya, kalau ada tuhan beserta-Nya, masing-masing tuhan itu akan membawa makhluk yang diciptakannya, dan sebagian dari tuhan-tuhan itu akan mengalahkan sebagian yang lain. Maha Suci Allah dari apa yang mereka sifatkan itu”.
Allah SWT berfirman (QS. Al Ikhlas [112]) : 1):
Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”.
Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah Allah, Yang Maha Esa”.
7.
Al Qudrat (Kuasa):
Allah mempunyai sifat Maha Kuasa. Mustahil Allah itu lemah. Wajib
meyakini bahwa Allah SWT itu bersifat Maha Kuasa, yang merupakan sifat abadi
dan tidak berakhir. Allah SWT berkuasa untuk menciptakan sesuatu dan
menghancurkan sesuatu.
Allah SWT berfirman (QS.Al Baqoroh [2] : 20):
Artinya: “Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”.
Artinya: “Jikalau Allah menghendaki, niscaya Dia melenyapkan pendengaran dan penglihatan mereka. Sesungguhnya Allah berkuasa atas segala sesuatu”.
Allah SWT berfirman (QS. Faathir [35] : 16-17):
Artinya: “Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah”.
Artinya: “Jika Dia menghendaki, niscaya Dia memusnahkan kamu dan mendatangkan makhluk yang baru (untuk menggantikan kamu). Dan yang demikian itu sekali-kali tidak sulit bagi Allah”.
8.
Al Iroodah (Berkehendak):
Sifat Allah adalah Maha Berkehendak. Allah melakukan sesuatu
sesuai dengan kehendaknya. Mustahil Allah itu Karoohah (melakukan sesuatu
dengan terpaksa). Wajib meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat Maha
Berkehendak.
Allah SWT berfirman (QS. Huud [11] : 107):

Artinya: ” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”.

Artinya: ” Sesungguhnya Tuhanmu Maha Pelaksana terhadap apa yang Dia kehendaki”.
Artinya: “Allah Pencipta langit dan bumi, dan bila
Dia berkehendak (untuk menciptakan) sesuatu, maka (cukuplah) Dia hanya
mengatakan kepadanya: "Jadilah!" Lalu jadilah ia”.
9.
Al Ilmu (Mengetahui):
Wajib meyakini bahwa Allah itu Maha Mengetahui. Mustahil Allah itu
Jahal (bodoh). Tidak ada sesuatupun yang terlepas dari pengetahuan Allah.
Artinya: “Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauh Mahfudz)”.
10. Al Hayat (Hidup):
Wajib meyakini bahwa Allah mempunyai sifat Maha Hidup. Mustahil
Allah itu Maut (mati). Maha suci Allah dari kematian.
Artinya: ” Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) Yang tidak mati,...”.
11.
As-Sama’ (Mendengar):
Allah bersifat Maha Mendengar. Mustahil Allah bersifat Shomam
(Tuli). Wajib meyakini bahwa Allah SWT mempunyai sifat Maha Hidup. Allah Maha
mendengar baik yang dekat maupun yang jauh.
Allah SWT berfirman (QS. Al Baqoroh [2] : 256):
Artinya: “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
Artinya: “Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”.
12.
Al Bashor (Melihat):
Allah bersifat Maha Melihat. Mustahil Allah itu ’Amaa (Buta).
Allah SWT Maha Melihat baik yang jauh dan yang dekat. Sifat Maha Melihat-Nya
tidak berubah atau berkembang, karena sifat Allah itu abadi/kekal.
Allah SWT berfirman (QS. Al Hujuurat [49] : 18):
Artinya: ”Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Artinya: ”Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ghaib di langit dan bumi. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan”.
Allah SWT berfirman (QS. Al Hadiid [57] : 4):
Artinya: ”Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”.
Artinya: ”Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan.”.
13.
Al Kalam (Berbicara):
Allah bersifat kalam (Berbicara/Berkata-kata). Mustahil Allah itu
Bakam (Bisu). Wajib meyakini bahwa Allah mempunyai sifat Kalam. Sifat kalam ini
adalah sifat abadi milik Allah dimana Allah memberikan perintah, larangan, dan
informasi. Al Qur’an adalah ekspresi Kalam Allah. Al Qur’an disebut kalam Allah
karena Al Qur’an tidak dibuat oleh Nabi Muhammad SAW atau malaikat Jibril A.S.
Allah SWT berfirman (QS. An Nisaa’ [4] : 164):
Artinya: ” Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”.
Artinya: ” Dan Allah telah berbicara kepada Musa dengan langsung”.
Maksudnya, Allah SWT memberikan kemampuan kepada Nabi Musa A.S.
untuk mendengarkan Kalam Allah.
14. Qoodirun : Yang Memiliki sifat Qudrat.
15. Muriidun: Yang Memiliki Sifat Iroodah
16. ‘Aalimun: Yang Mempunyai Ilmu
17. Hayyun: yang Hidup
18. Samii’un: Yang Mendengar
19. Bashiirun: Yang Melihat
20. Mutakallimun: Yang Berkata-kata
20
sifat-sifat Allah SWT tersebut berdasarkan dalil Al Qur’an yang sangat kuat,
jadi kita harus yakin kebenarannya. Ilmu Tauhid ini sangat penting, karena amal
kebaikan yang paling utama adalah meyakini Allah SWT dan Rosul-Nya dengan
benar.
Mari
kita tutup dengan doa:
”Allahumma
inni nas aluka salamatan fiddin, wal afiyatan fil jasaad, waziyadatan fil ilmi,
wabarokatan firrizqi, wa taubatan qoblal maut, wa rahmatan ‘indal maut, wa
maghfirotan ba’dal maut.Allahumma hawwin ‘alaina fi sakaratil maut, wannajata
minannar, wal afwa indal hisaab, Allahumma inna nas aluka husnul khotimah, wa
na'uudzubika min su’ul khotimah.amin”.
Artinya:
” Ya Allah,berikanlah keselamatan dalam
agama, kesehtan jasmani, bertambahnya ilmu, rezeki yang barokah, dan taubat
sebelum maut menjemput, dan rahmat-Mu saat mau menjemput, dan ampunan-Mu
setelah maut menjemput. Ya Allah, mudahkanlah kami dalam menghadapi kematian,
dan jauhkanlah kami dari neraka, dan ampunan saat hisaab. Ya Allah, karuaniakan
kepada kami akhir hidup yang khusnul khotimah, dan jauhkan dari akhir hidup
yang su'ul khotimah.amin”.
Wassalamualaikum Warohmatullohi Wabarokatuh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar